Senin, 30 Januari 2017

Antisipasi Kecelakaan, Pesawat Diuji Tabrakan dengan Drone

Potensi kecelakaan pesawat komersil karena bertabrakan dengan drone makin meningkat. Demi mengantisipasi masalah tersebut, pemerintah Inggris pun melakukan uji coba tabrakan antara pesawat dengan drone.



Uji coba tersebut dilakukan oleh Department for Transport and Civil Aviation Authority (CAA) dan Ministry of Defense, Inggris. Cara pengujian adalah dengan menabrakkan drone dengan pesawat komersil di udara.

“Kami sedang menguji efek tabrakan di udara untuk CAA, sehingga bisa mengetahui efek tabrakan tersebut terhadap pesawat komersil tanpa penumpang,” ujar staff Ministry of Defense, Peter Downer, sebagaimana dikutip KompasTekno dari The Next Web, Jumat (21/10/2016).

“Ada serangkaian uji coba mengenai risiko keamanan drone dan kami perlu melanjutkannya dengan riset pada aspek komersil. Riset selanjutnya adalah soal dampak tabrakan dengan drone di udara terhadap bodi dan jendela pesawat,” imbuhnya.

Total dana yang digelontorkan untuk proyek ini mencapai lebih dari 250.000 poundsterling atau setara Rp 3,9 miliar. Rencananya uji tabrakan akan dilakukan di wilayah udara terbatas Snowdonia, Wales, dengan luas 5.000 mil persegi atau sekitar 12.949 kilometer.

Dalam rentang enam bulan belakangan ini di Inggris, kasus pesawat komersil yang nyaris bertabrakan dengan drone sudah terjadi hingga 23 kali.

Sejumlah faktor pemicunya antara lain tren yang makin ramai, kemudahan membelinya, sekaligus posisi drone yang mesti berbagi ruang udara dengan pesawat komersil.

Drone memang menjadi sebuah fenomena baru. Saat ini, di Inggris, terhitung sudah ada lebih dari 2 juta drone yang berebut ruang untuk terbang. Rata-rata merupakan drone yang dirancang untuk beroperasi beberapa tahun mendatang, seperti drone pengiriman barang dari Amazon dan Dominos.

Rabu, 25 Januari 2017

Samsung Pakai Baterai LG di Galaxy S8?

Isu baterai pada Galaxy Note 7 agaknya membuat Samsung lebih hati-hati untuk memproduksi flagship berikutnya. Pabrikan Korea Selatan tersebut dikabarkan sedang mencari rekanan baru untuk menyuplai komponen baterai.



Salah satu kandidat yang dijajaki adalah LG Chem, yakni anak usaha LG yang khusus memasok baterai dan komponen perangkat elektronik lainnya. Samsung dan LG Chem dikabarkan sedang dalam proses negosiasi.

"Kami mencari penyuplai yang lain, termasik LG Chem," kata salah satu eksekutif Samsung, sebagaimana dilaporkan KoreaHerald dan dihimpun KompasTekno, Jumat (21/10/2016).

Karena proses penjajakan masih berlangsung, Samsung dan LG Chem enggan berkomentar banyak soal kerja sama untuk lini Galaxy S berikutnya.

Diketahui, baterai pada seri Galaxy selama ini disuplai oleh anak usaha Samsung bernama Samsung SDI. Selain itu, beberapa juga dipasok oleh ATL yang merupakan perusahaan komponen asal China.

Pada kasus Galaxy Note 7, Samsung pertama-tama menyebut bahwa kesalahan terletak pada baterai yang disuplai anak usahanya. Lantas, setelah penarikan (recall) pertama dan baterai diproduksi ATL saja, insiden baterai panas hingga meledak tetap terjadi.

Hingga kini para engineer Samsung masih menyelidiki musabab ledakan pada lini Note keluaran Agustus 2016 tersebut. Baterai diyakini sebagai faktor utama, namun ada faktor pemicu lainnya yang belum diketahui.

Pilihan Samsung untuk mempertimbangkan kerja sama baru dengan perusahaan penyuplai lain bisa dibilang wajar. Sebelumnya, Samsung juga pernah menggunakan komponen modul kamera dari LG Innotek yang juga anak usaha LG.

Jika kesepakatan dengan LG Chem sudah hitam di atas putih, maka ini untuk pertama kalinya Samsung menggunakan baterai dari anak usaha kompetitor kuatnya tersebut.

Jumat, 20 Januari 2017

Pria Ini Mengaku iPhone 7 Bakar Celananya

Bukan Samsung Galaxy Note 7 saja yang bisa mendadak terbakar. Baru-baru ini, Mat Jones, seorang pengguna iPhone 7 di Australia mengaku bahwa ponselnya sekonyong-konyong terbakar saat ditinggal di dalam mobil.



Saat itu, Mat baru saja selesai mengajar selancar dan berjalan kembali ke mobilnya. Namun dia menemukan hal aneh. Kaca mobilnya terlihat sangat gelap dan hitam. Ketika membuka pintu mobil itu, Mat langsung disambut dengan semburan hawa panas dan asap yang menerobos ke luar.

Ponsel iPhone 7 yang ditinggalkannya dalam posisi tertutup oleh dua lembar celana ternyata terbakar. Kebakaran ini bahkan mengakibatkan interior mobil miliknya benar-benar gosong dan rusak.

“Banyak sekali abu dalam celana yang saya simpan di mobil itu. Ketika membuka lipatannya, ponsel (iPhone 7) terlihat meleleh di dalamnya,” terang Mat.

iPhone 7 milik Mat bukan barang lama. Dia mengklaim bahwa ponsel itu baru berusia sekitar satu pekan dan tidak pernah jatuh, terbentur, atau di-charge menggunakan charger buatan perusahaan selain Apple. Namun demikian, ponsel itu sekonyong-konyong terbakar.


BGR
iPhone 7 milik Mat Jones terbakar dan ikut membakar jok mobil miliknya.
Informasi yang dirangkum KompasTekno dari BGR, Jumat (21/10/2016), menyebutkan bahwa hingga saat ini belum diketahui penyebab terbakarnya iPhone 7 itu.

Selain itu belum ditemukan indikator yang menunjukkan bahwa kebakaran pada iPhone 7 ini bisa meluas pada produk sejenis di daerah lain. Namun kejadian serupa biasanya rentan terjadi pada ponsel yang mengalami trauma tertentu, seperti terjatuh atau baterainya rusak.

Respons Apple

Apple mengonfirmasi telah menghubungi Mat untuk membicarakan mengenai masalah kebakaran tersebut dan berusaha menyelidiki penyebabnya.

Sebelumnya, Samsung, tepatnya pada produk Galaxy Note 7, juga mengalami masalah serupa. Lebih parahnya, kasus ledakan dan kebakaran Galaxy Note 7 terjadi cukup banyak dan memaksa perusahaan asal Korea Selatan itu untuk menarik seluruh unit yang sudah terjual.

Malangnya, pasca penarikan dan penggantian Galaxy Note 7 dengan unit baru, masih terjadi kasus ledakan serupa. Samsung pun akhirnya mengumumkan penghentian produksi dan meminta pembeli Galaxy Note 7 untuk mengembalikan ponsel mereka.

Minggu, 15 Januari 2017

Ponsel Xiaomi Diduga Dijual dengan Merek Lain

Zetta, sebuah startup ponsel baru asal Spanyol, mengambil langkah berani dengan melabeli produknya sebagai “iPhone Killer”.



Namun, belakangan muncul tudingan bahwa ponsel bikinan perusahaan tersebut tak lain merupakan handset Xiaomi “palsu” alias hasil re-branding.

Laporan IB Times yang dirangkum KompasTekno, Jumat (21/10/2016) menyebutkan bahwa Zetta diduga mengubah brand Xiaomi pada smartphone dengan mereknya sendiri.

Produk-produk hasil re-brand itu lantas dijual di pasaran domestik Spanyol dengan banderol harga lebih tinggi dibandingkan yang dipatok Xiaomi.

Diduga ada dua handset Xiaomi yang “disulap” oleh Zetta, yakni Redmi 2 dan Redmi Note 2, masing-masing menjadi Zeeta Conquistador 4.7 SE dan Zetta Conquistador 5.5 Plus yang dihargai 186 Euro (sekitar Rp 2,6 juta) dan 236 Euro (Rp 3,3 juta).

Padahal, Xiaomi Redmi 2 dijual seharga 90 Euro (Rp 1,3 juta), sementara Redmi Note 2 seharga 160 Euro (Rp 2,2 juta), sehingga terdapat selisih yang cukup jauh dengan banderol Zetta.

Tuduhan re-branding ini muncul setelah sejumlah pengguna forum di Spanyol mulai membongkar ponsel Zetta dan menemukan stiker Xiaomi tersembunyi di balik baterai.

OS yang dipakai merupakan salah satu versi CyanogenMod yang gratis untuk penggunan pribadi, namun mengenakan biaya lisensi untuk penggunaan komersil.

Dibantah

Zetta sendiri menampik tudingan tersebut dan mengatakan bahwa ponsel-ponselnya memang dibuat melalui kerja sama dengan pemanufaktur asal China.

Karena itu, menurut Zetta, “beberapa komponen elektronik” yang digunakan sama dengan yang dipakai oleh “perusahaan Asia”.

“Komponen smartphone dari perusahaan-perusahaan (Asia) ini tidak bisa digunakan dengan jaringan di Eropa, jadi Zetta memakai software untuk meningkatkan fitur dan daya gunanya,” sebut perusahaan berlambang biji pohon Ek tergigit ini.

Meski demikian, asosiasi konsumen Spanyol, Facua, tetap berencana mengajak otoritas Spanyol di wilayah Extremadura dan Madrid -tempat Zetta berkantor- untuk menyeret perusahaan tersebut ke meja hijau dengan tuduhan penipuan.

“Kalau Anda membeli smartphone Zetta, mereka harus memberiikan refund,” kicau Facua melalui akun Twitter miliknya.

Situs Zetta berikut akun-akun jejaring sosialnya sempat ditutup setelah muncul tudingan praktik re-branding tersebut.

Zetta didirikan oleh Unai Nieto, seorang warga Spanyol, dengan rekanan dari China bernama Eric Cui pada 2014.

Produk-produk smarpthone Android besutan startup yang berasal dari daerah pegunungan Extremadura ini bisa dibeli di lebih dari 80 gerai di seantero Spanyol.

Selasa, 10 Januari 2017

Internet 4,5G Telkomsel Tembus 1 Gbps di Pondok Indah

Operator seluler Telkomsel bekerja sama dengan Huawei menguji coba konektivitas seluler berteknologi 4,5G. Uji coba ini dilakukan secara langsung di GraPari Telkomsel Pondok Indah.



Hasilnya jaringan 4,5G dari Telkomsel tersebut menembus angka 1 Gbps. Kecepatan tersebut mampu dicapai dengan menerapkan penggabungan teknologi antena 4x4 multiple-input multiple-output (MIMO), modulasi 256 QAM, dan LTE LAA sekaligus.

"Kecepatan seluler mencapai 1 Gbps ini merupakan yang pertama di Indonesia, ini menjadi bagian dari pengantar ke teknologi 5G nantinya," kata Direktur Network Telkomsel, Sukardi Silalahi di sela acara Live Demo di GraPari Telkomsel Pondok Indah, Jumat (21/10/2016).

Untuk saat ini, perangkat smartphone yang telah mendukung teknologi 4,5G atau bahkan 5G memang belum banyak tersedia.

"Handset memang belum ada di Indonesia, namun kami (Telkomsel) sudah siap dengan teknologinya, in case nanti handset-nya datang kita udah siap," kata Sukardi.

Sementara Deputy CEO Huawei Indonesia, Sun Xiwei mengatakan, penggabungan teknologi LAA, 4x4 MIMO, dan 256-QAM ini bisa memberikan pengalaman digital yang lebih baik bagi pelanggan Telkomsel.

"1 Gbps bisa dimanfaatkan untuk menikmati layanan VR, AR, video ultra HD, dan streaming 4K secara mobile," kata Xiwei.

Untuk diketahui, konektivitas 5G adalah sebutan untuk teknologi seluler yang memiliki kecepatan di atas 1 Gbps. Sementara dalam live demo yang dilakukan Telkomsel, kecepatannya sudah mencapai 1,03 Gbps.

Kamis, 05 Januari 2017

Kodak Rilis Ektra, Ponsel Berpenampilan Kamera Saku Klasik

Perusahaan yang menjadi pionir fotografi, Kodak, merilis ponsel keduanya yang bernama Ektra. Seri ini dibekali desain bernuansa klasik dan kamera 21 megapiksel yang terlihat menonjol di casing belakangnya.



Kodak Ektra memiliki kamera dengan apperture f/2.0 dan menggunakan sensor Sony IMX230, sebagaimana sensor pada kamera ponsel Xperia Z3+ dari edisi 2015 lalu.

Spesifikasi lainnya antara lain berupa layar berukuran 5 inci (1080p), otak pemrosesan MediaTek Helio X20, RAM 3 GB serta memori internal 32 GB. Sistem operasinya menggunakan Android 6.0 Marshmallow, namun tanpa banyak modifikasi.

Meski membawa merek Kodak, ponsel ini sebenarnya dirancang oleh perusahaan asal Inggris, yaitu Bullit. Selain merancang Kodak Ektra, Bullit juga dikenal sebagai pembuat ponsel tahan banting bermerek Cat.

Informasi yang dirangkum KompasTekno dari The Verge, Jumat (21/10/2016) menyebutkan bahwa Kodak Ektra berusaha menonjolkan fotografi sebagai keunggulannnya.

Bullit menyematkan sebuah tombol shutter yang harus ditekan dua kali untuk meluncurkan aplikasi kamera. Tombol itu bisa ditekan setengah untuk memerintahkannya mencari fokus.

Aplikasi kamera di dalam Kodak Ektra pun dirancang agar memiliki nuansa ala kamera sesungguhnya. Saat membukanya, pengguna akan disambut dengan dial virtual untuk memilih mode pemotretan.

Fitur lain yang disematkan untuk mendukung persoalan fotografi dalam Kodak Ektra antara lain berupa aplikasi Snapseed sebagai alat pengedit foto, aplikasi pencetak foto, dan aksesori berupa casing terbuat dari kulit.

Kodak Ektra sementara ini hanya bisa diperoleh di Inggris dan Eropa dengan banderol harga 449 poundsterling atau sekitar Rp 7,1 juta.

Sekadar diketahui, ini merupakan kamera kedua Kodak. Kamera pertama perusahaan fotografi ini adalah IM5, bersistem operasi Android, yang dipamerkan pada Consumer Electronic Show tahun lalu.